Selasa, 05 Juni 2012

MANUSIA DAN CINTA KASIH

Dalam perjalanan hidup manusia, tidak akan pernah lepas dari yang namanya cinta. Cinta akan selalu ada dalam suatu dimensi yang namanya manusia. Manusia dicipta dengan penuh cinta, dan tanpa cinta manusia tak akan lahir. Manusia diciptakan di jagad bumi mengembangan cinta dari tuhan sebagai khalifah di muka bumi. Yang menjadi pertanyaan besar sekarang ini adalah pemaknaan akan cinta dalam realitas hidup ini. Apakah cinta dimaknai sebagai sesuatu yang fitrah yang mesti dijaga ataukah suatu wujud rasa yang mesti diagungkan.

Ketika memberikan sebuah defenisi akan cinta, akan lahir beberapa defenisi yang tentu saja akan berbeda dari segi substansi atau hakikat cinta itu. Hal ini dikarenakan sudut pandang yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat pemahaman terhadap suatu norma atau prilaku, akan semakin kompleks penjabaran defenisi itu.

Pemberian pemaknaan akan cinta akan senasib dengan pemberian defenisi tadi. Defenisi yang akan mengantarkan pada suatu substansi kadang dikaburkan oleh ego bahkan nafsu seseorang. Pemaknaan yang salah sebagai sebuah aktualisasi dari cinta seperti pacaran akan mengantarkan pada suatu upaya untuk mendeskreditkan cinta yang luhur sebagai fitrah kemanusiaan. Disamping itu, pemaknaan akan cinta dengan rasa suka harus berani dibedakan. Cinta adalah fitrah yang sifatnya abstrak sehingga perwujudannya berada dalam area metafisik (inmaterial). Sedangkan rasa suka, adalah wujud rasa ketertarikan kepada hal yang bersifat materi.

A.Pengertian Cinta Kasih
Pendefenisian dalam perspektif terminology (bahasa), cinta kasih dapat diuaraikan Cinta kasih adalah kata majemuk yang telah merupakan ungkapan tetap yang berupa paduan antara kata sifat yang terdiri dari kata “cinta” dan “kasih”. Cinta akan diartikan sebagai rasa rindu, ingin, sangat suka, sangat saying, sangat kasih dan tertarik hatinya. Sedangkan kasih diartikan sebagai perasaan sayang, cinta, atau suka kepada seseorang.
 
Dari kata cinta kasih ini, lahir pula beberapa padanan kata yang hampir semakna. Sebut misalnya, “kasih sayang”, “belas kasihan”, “kemesraan” dan “pemujaan”. Cinta kasih merupakan inti dari keberadaan manusia ( the core of existence ). Dalam konteks lain, cinta kasih mengandung makna yang lain, seperti “jatuh cinta”, “dilamun asmara”, “cinta orang tua kepada anak atau sebaliknya”, “cinta pada alam dan seni”, “cinta kepada negara”, “cinta sesama manusia” dan yang lebih tinggi “cinta kepada Allah Swt.”.

Semua istilah tersebut di atas tidak sama, akan tetapi merupakan variasi-variasi dari sekian banyak istilah. Istilah-istilah ini merupakan padanan yang sangat memiliki arti yang mengarah pada satu pemaknaan yang utuh. Sehingga melahirkan tingkatan-tingkatan cinta. Realitas yang tersaji sekarang dihadapan kita (kondisi internal dan eksternal masing-masing individu) sangat memungkinkan memberikan tingkatan pada cinta itu. Sehingga lahir ‘cinta kasih yang rendah’, ‘cintah kasih yang menengah’, dan ‘cinta kasih yang tinggi dan luhur’.

Tingkatan cinta ini bisa saja lahir karena factor pemahaman atau tingkat intelegensi seseorang atau bahkan tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang. Manusia dalam hal ini insan pecinta, tidak selamanya akan berada dalam tingkatan cinta tersebut. Cinta kasih yang rendah yang hanya sekedar menganggap cinta adalah sebuah rasa yang mesti diekspresikan seketika yang tanpa control dan nilai (absurd). Pecinta seperti ini cenderung melakukan aktivitas yang menamakan cinta namun bukan sebenarnya cinta. Tidak diperlukan control dalam penjabarannya bahkan cinta yang dimaksudkan memiliki nilai tapi seyogyanya tidak ada nilai kecuali ego dan nafsu semata yang bermain di dalamnya

Cinta menengah lahir dikarenakan adanya paradigma bahwa cinta memiliki nilai namun tidak ada control maupun norma yang mengatur aplikasi. Pecinta seperti ini cenderung apatis bahkan boleh dikatakan manusia pragmatis. Nilai dimaknai sekedar pemenuhan hasrat dan rasa. Cinta ini tak bisa lagi dibedakan dengan nafsu. Pecinta ini melahirkan prilaku pacaran, dan sejenisnya. Penilaian akan cinta hanya sekedar sebagai rasa yang mesti diwujudkan. Kalaupun ada control yang bermain, disana hanya berupa rasionalisasi (hasil pemikiran) yang mengedapankan ego (egosentris ; tak semestinya juga ego diabaikan). Norma yang dianggap sebagai control hanya norma masyarakat. Selama tidak ada yang diganggu dan dirugikan, dan tak melewati batas kemanusiaan akan tetap dijalaninya.

Penggambaran akan aktualisasi cinta seperti di atas sudah sangat jauh dari fungsi dan peran manusia sebagai abdi sekaligus khalifah di muka bumi. Cinta rendah tak ubahnya seperti binatang (tidak adanya peran akal yang bermain dalam tataran prilaku), sedangkan pecinta tipe kedua memeliki pribadi ganda (split personality). Lalu bagaimana aktualisasi cinta yang sebenarnya yang luhur dan memiliki derajat yang tinggi? Kita akan uraikan pada penjabaran selanjutnya.

Dalam perspektif peradaban Yunani, cinta dibagi dalam tiga jenis. Ketiga jenis itu adalah ;

1.       Cinta Egape, ialah cinta manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dengan komunukasi ritual (vertical/horizontal).

2.       Cinta Philia, ialah cinta kepada ayah-ibu (orang tua), keluarga, saudara, sahabat, dan sesama manusia. 

3.       Cinta Eros / Amos, ialah cinta antara pria dan wanita (suami dan istri).Cinta kasih tidak hanya sekedar cinta belaka, akan tetapi cinta kasih itu timbul dari lubuk hati manusia yang sifatnya kekal dan tak akan pernah berubah. Dengan cinta kasih ini, manusia akan selalu berbahagia dan menderita di dalam hidupnya. Cinta sebagai keperluan fundemantal memang tidak mudah diterangkan atau didefenisikan.

Mengacu pada perspektif sekarang, yaitu dalam hubungan cinta kasih yang timbul antara dua jenis manusia yang berbeda kelamin dapat dibedakan dalam empat macam pertumbuhan cinta, yaitu :

1.       Cinta kasih karena kebiasaan :Adalah cinta yang diperoleh berdasarkan tradisi masyarakat yang dibiasakan, seperti menikahkan anak-anak yang sebelumnya tidak saling kenal dan cinta tumbuh karena ikatan sudah ada.

2.       Cinta kasih karena penglihatan :Adalah cinta yang tumbuh karena penglihatan, seperti kata pepatah : "Darimana datangnya linta,Dari sawah turun ke kali,Darimana datangnya cinta, Dari mata turun ke hati".Manusia sebagai makhluk social mempunyai kodrat terbaik pada suatu obyek yang dipandang indah, cantik, menarik, dan lain-lain.

3.       Cinta kasih karena kepercayaan : Adalah cinta kasih yang lahir dari kepercayaan atau keyakinan. Hubungan untuk memadu cinta kasih biasanya diperlukan waktu yang cukup lama untuk saling menyelidiki karakter, dan saling memupuk cinta kasih.

4.       Cinta kasih karena angan-angan : Adalah cinta yang lahir dari pengaruh angan-angan atau khayal saja, cinta yang penuh fantasi.
Menurut teori, cinta adalah sikap dasar untuk memperhatikan kepuasan dan ketentraman serta perkembangan orang yang kita cintai. Prakteknya, cinta berarti bersedia melepas kesenangan, mengabadikan waktu, bahkan mengorbankan ketentraman kita demi peningkatan kepuasan, ketentraman, dan perkembangan orang lain. Namun, menerangkan anatomi cinta sangat sulit.

B.Hakikat Cinta Kasih

Sampai sekarang ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa cinta itu tidak lebih dari sekedar perasaan menyenangkan yang untuk mengalaminya orang harus terjatuh kedalamnya. Sikap semalam ini pada hakikatnya berdasarkan pendapat –pendapat berikut:

Pendapat pertama, banyak orang melihat masalah cinta ini pertama-tama sebagai masalah dicintai dan bukan masalah mencintai,yaitu masalah kemampuan orang untuk mencintai. Dan untuk mengejar tujuan ini umumnya orang menempuh beberapa jalan.

Pendapat kedua, dibelakang sikap bahwa tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta,adalah satu dugaan bahwa masalah cinta adalah masalah objek,dan bukan masalah bakat. Dengan semacam ini mendorong orang untuk selalu berfikir,bahwa mencintai orang lain iti adalah soal yang sederhana, akan tetapi yang sulit justru mencari objek yang tepat untuk mencintai atau untuk dicintai.

Pendapat ketiga, yang mengarah pada dugaan bahwa tidak ada yang dipelajari dalam hal cinta ini,terletak dalam pencampur adukan antara pengalaman mulai pertama jatuh cinta dan kedaan tetap berada dalam cinta. Jika dua orang yang dahulunya merupakan orang asing tiba-tiba meruntuhkan tembok diantara mereka dan mereka merasa dekat atau merasa satu maka momen kesatuan inilah salah satu dari pengalaman yang paling menyenangkan dan menggembirakan dalam kehidupannya.

Berangkat dari ketidakpuasan terhadap ketiga pendapat tersebut diatas, kendatipun diakui telah banyak dianut oleh berbagai kalangan, Frich Fromm mengajukan premis yang sama sekali berbeda dengan cinta dianggapnya teorotik terlebih dahulu sebelum kita menguasai prakteknya .Berkat perpaduan antara kemampuan teoritik dan praktis seni bisa dikuasai berkat intusi dan hakikat penguasaan 

C.Cintah Kasih Dalam Berbagai Dimensi
Dari pembahasan diatas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa cinta boleh dibilang telah merupakan bagian hidup manusia. Dan kasih sayang adalah sesuatu yang indah, suci dan didambakan oleh setiap orang. Sebagaimana cinta, kasih sayang tidak akan lahir tanpa orang yang melahirkannya. Dengan kata lain seseorang tidak akan memperoleh kasih sayang apabila tidak ada orang lain yang memberi. Secara demikian wajar kalau kita mengenal berbagai bentuk kasih sayang, yang ini semua sangat tergantung kepada kondisi penyayang dan yang disayangi.

Dengan bertitik tolak kepada kasushubungan antara orang tua dengan anaknya, tidak bisa membedakan berbagai bentuk kasih sayang berikut ini :

Pertama,suatu bentuk kasih sayang dimana bentuk orang tua bersifat aktif sementara si anak bersifat pasif. Dalam hubungan orang tua memberikan kasih sayang yang berlebihan terhadap anaknya,baik berupa moral ataupun material sementara si anak menerima saja mengiyakan betapa sedikitpun berusaha memberikan respon. Akibatnya anak akan menjadi takut ,kurang berani menyatakan pendapat, minder atau dengan kata lain cenderung membentuk sosok anak yang tidak mampu berdiri dalam masyarakatnya.

Kedua,suatu bentuk kasih sayang dimana orang tua bersifat pasif sementara si anak bersifat aktif. Dalam bentuk si anak mencurahkan kasih sayang kepada orang tuanya secara berlebihan. Kasih sayang ini diberikan secara sepihak. Orang tua cenderung mendiamkan tingkah laku anaknya dan tidak memberikan respon terhadap apapun yang diperbuat si anak.

Ketiga, suatu bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap pasif sementara si anak juga bersifat fasif. Dalam bentuk ini jelas masing-masing pihak membawa cara hidup dan tingkah lakunya tanpa saling memperhatikan satu sama lain, suasana keluarga terasa dingin tidak ada tegur sapa dan yang jelas tiada kasih sayang.

Sedang bentuk yang keempat, adalah suatu bentuk kasih sayang dimana orang tua bersifat aktif. Dalam bentuk ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang secara berlebihan sehingga hubungan antara orang tua dan anak terasa intim dan mesra,saling mencinta,saling menghargai dan yang lebih jelasnya saling membutuhkan.

D.Kasih Sayang

Menurut Mery Lutyens, bahwa kasih saying adalah factual, bukan sentimental yang mengandung emosional yang dapat ditangisi kepergiannya maupun kedatangannya. Memiliki kasih sayang berarti memiliki simpatik, ia bebas dari rasa takut, paksaan dan kewibawaan serta tindakan akal budi pada diri sendiri. Dalam kasih saying, sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut “tanggung jawab”, “pengorbanan”, “kejujuran”, “pengertian”, dan “keterbukaan” sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminto. Kasih sayang diartikan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang.

Ada berbagai bentuk kash sayang, bentuk itu sesuai dengan kondisi penyayang dan yang disayangi dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan maka didalam rumah tangga,keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cinta,tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.



Konsep Ilmu budaya Dasar Dalam Kesusasteraan



Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya.

Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra, teori sastra, dan karya sastra.

1.        Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang berhubungan dengan seni sastra. Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut :
A.        Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas, hokum hukum,  prinsip dasar sastra, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta sistem sastra.

B.         Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.


C.         Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra. Kritik sastra dikenal juga dengan nama telaah sastra.

D.        Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk mengenal tata nilai, sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang memiliki karya sastra.
Keempat cabang ilmu tersebut tentunya mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam rangka memahami sastra secara keseluruhan.

2.        Teori sastra adalah asas-asas dan prinsip-prinsip dasar mengenai sastra dan kesusastraan.

3.         Seni sastra adalah proses kreatif menciptakan karya seni dengan bahasa yang baik, seperti puisi, cerpen/novel, atau drama.

Pengetahuan tentang pengertian sastra belum lengkap bila belum tahu manfaatnya. Horatius mengatakan bahwa manfaat sastra itu berguna dan menyenangkan. Secara lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Karya sastra dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan yang disajikan pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca akan memperoleh pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan

2.      Karya sastra dapat memperkaya jiwa/emosi pembacanya melalui pengalaman hidup para tokoh dalam karya.

3.      Karya sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari gagasan, pemikiran, cita-cita, serta kehidupan masyarakat yang digambarkan dalam karya.

4.      Karya sastra mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra dapat digunakan untuk menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya.

5.      Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian tentang keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam waktu tertentu.

Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.10 Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi.

Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.

Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :

1.      Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan
2.      Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
3.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya

Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan
1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional

Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia. Unsur-unsur kebudayaan
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi

sumber : http://sugiartha26.wordpress.com/2011/03/18/3-konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan-2/