Selasa, 05 Juni 2012

MANUSIA DAN CINTA KASIH

Dalam perjalanan hidup manusia, tidak akan pernah lepas dari yang namanya cinta. Cinta akan selalu ada dalam suatu dimensi yang namanya manusia. Manusia dicipta dengan penuh cinta, dan tanpa cinta manusia tak akan lahir. Manusia diciptakan di jagad bumi mengembangan cinta dari tuhan sebagai khalifah di muka bumi. Yang menjadi pertanyaan besar sekarang ini adalah pemaknaan akan cinta dalam realitas hidup ini. Apakah cinta dimaknai sebagai sesuatu yang fitrah yang mesti dijaga ataukah suatu wujud rasa yang mesti diagungkan.

Ketika memberikan sebuah defenisi akan cinta, akan lahir beberapa defenisi yang tentu saja akan berbeda dari segi substansi atau hakikat cinta itu. Hal ini dikarenakan sudut pandang yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat pemahaman terhadap suatu norma atau prilaku, akan semakin kompleks penjabaran defenisi itu.

Pemberian pemaknaan akan cinta akan senasib dengan pemberian defenisi tadi. Defenisi yang akan mengantarkan pada suatu substansi kadang dikaburkan oleh ego bahkan nafsu seseorang. Pemaknaan yang salah sebagai sebuah aktualisasi dari cinta seperti pacaran akan mengantarkan pada suatu upaya untuk mendeskreditkan cinta yang luhur sebagai fitrah kemanusiaan. Disamping itu, pemaknaan akan cinta dengan rasa suka harus berani dibedakan. Cinta adalah fitrah yang sifatnya abstrak sehingga perwujudannya berada dalam area metafisik (inmaterial). Sedangkan rasa suka, adalah wujud rasa ketertarikan kepada hal yang bersifat materi.

A.Pengertian Cinta Kasih
Pendefenisian dalam perspektif terminology (bahasa), cinta kasih dapat diuaraikan Cinta kasih adalah kata majemuk yang telah merupakan ungkapan tetap yang berupa paduan antara kata sifat yang terdiri dari kata “cinta” dan “kasih”. Cinta akan diartikan sebagai rasa rindu, ingin, sangat suka, sangat saying, sangat kasih dan tertarik hatinya. Sedangkan kasih diartikan sebagai perasaan sayang, cinta, atau suka kepada seseorang.
 
Dari kata cinta kasih ini, lahir pula beberapa padanan kata yang hampir semakna. Sebut misalnya, “kasih sayang”, “belas kasihan”, “kemesraan” dan “pemujaan”. Cinta kasih merupakan inti dari keberadaan manusia ( the core of existence ). Dalam konteks lain, cinta kasih mengandung makna yang lain, seperti “jatuh cinta”, “dilamun asmara”, “cinta orang tua kepada anak atau sebaliknya”, “cinta pada alam dan seni”, “cinta kepada negara”, “cinta sesama manusia” dan yang lebih tinggi “cinta kepada Allah Swt.”.

Semua istilah tersebut di atas tidak sama, akan tetapi merupakan variasi-variasi dari sekian banyak istilah. Istilah-istilah ini merupakan padanan yang sangat memiliki arti yang mengarah pada satu pemaknaan yang utuh. Sehingga melahirkan tingkatan-tingkatan cinta. Realitas yang tersaji sekarang dihadapan kita (kondisi internal dan eksternal masing-masing individu) sangat memungkinkan memberikan tingkatan pada cinta itu. Sehingga lahir ‘cinta kasih yang rendah’, ‘cintah kasih yang menengah’, dan ‘cinta kasih yang tinggi dan luhur’.

Tingkatan cinta ini bisa saja lahir karena factor pemahaman atau tingkat intelegensi seseorang atau bahkan tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang. Manusia dalam hal ini insan pecinta, tidak selamanya akan berada dalam tingkatan cinta tersebut. Cinta kasih yang rendah yang hanya sekedar menganggap cinta adalah sebuah rasa yang mesti diekspresikan seketika yang tanpa control dan nilai (absurd). Pecinta seperti ini cenderung melakukan aktivitas yang menamakan cinta namun bukan sebenarnya cinta. Tidak diperlukan control dalam penjabarannya bahkan cinta yang dimaksudkan memiliki nilai tapi seyogyanya tidak ada nilai kecuali ego dan nafsu semata yang bermain di dalamnya

Cinta menengah lahir dikarenakan adanya paradigma bahwa cinta memiliki nilai namun tidak ada control maupun norma yang mengatur aplikasi. Pecinta seperti ini cenderung apatis bahkan boleh dikatakan manusia pragmatis. Nilai dimaknai sekedar pemenuhan hasrat dan rasa. Cinta ini tak bisa lagi dibedakan dengan nafsu. Pecinta ini melahirkan prilaku pacaran, dan sejenisnya. Penilaian akan cinta hanya sekedar sebagai rasa yang mesti diwujudkan. Kalaupun ada control yang bermain, disana hanya berupa rasionalisasi (hasil pemikiran) yang mengedapankan ego (egosentris ; tak semestinya juga ego diabaikan). Norma yang dianggap sebagai control hanya norma masyarakat. Selama tidak ada yang diganggu dan dirugikan, dan tak melewati batas kemanusiaan akan tetap dijalaninya.

Penggambaran akan aktualisasi cinta seperti di atas sudah sangat jauh dari fungsi dan peran manusia sebagai abdi sekaligus khalifah di muka bumi. Cinta rendah tak ubahnya seperti binatang (tidak adanya peran akal yang bermain dalam tataran prilaku), sedangkan pecinta tipe kedua memeliki pribadi ganda (split personality). Lalu bagaimana aktualisasi cinta yang sebenarnya yang luhur dan memiliki derajat yang tinggi? Kita akan uraikan pada penjabaran selanjutnya.

Dalam perspektif peradaban Yunani, cinta dibagi dalam tiga jenis. Ketiga jenis itu adalah ;

1.       Cinta Egape, ialah cinta manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dengan komunukasi ritual (vertical/horizontal).

2.       Cinta Philia, ialah cinta kepada ayah-ibu (orang tua), keluarga, saudara, sahabat, dan sesama manusia. 

3.       Cinta Eros / Amos, ialah cinta antara pria dan wanita (suami dan istri).Cinta kasih tidak hanya sekedar cinta belaka, akan tetapi cinta kasih itu timbul dari lubuk hati manusia yang sifatnya kekal dan tak akan pernah berubah. Dengan cinta kasih ini, manusia akan selalu berbahagia dan menderita di dalam hidupnya. Cinta sebagai keperluan fundemantal memang tidak mudah diterangkan atau didefenisikan.

Mengacu pada perspektif sekarang, yaitu dalam hubungan cinta kasih yang timbul antara dua jenis manusia yang berbeda kelamin dapat dibedakan dalam empat macam pertumbuhan cinta, yaitu :

1.       Cinta kasih karena kebiasaan :Adalah cinta yang diperoleh berdasarkan tradisi masyarakat yang dibiasakan, seperti menikahkan anak-anak yang sebelumnya tidak saling kenal dan cinta tumbuh karena ikatan sudah ada.

2.       Cinta kasih karena penglihatan :Adalah cinta yang tumbuh karena penglihatan, seperti kata pepatah : "Darimana datangnya linta,Dari sawah turun ke kali,Darimana datangnya cinta, Dari mata turun ke hati".Manusia sebagai makhluk social mempunyai kodrat terbaik pada suatu obyek yang dipandang indah, cantik, menarik, dan lain-lain.

3.       Cinta kasih karena kepercayaan : Adalah cinta kasih yang lahir dari kepercayaan atau keyakinan. Hubungan untuk memadu cinta kasih biasanya diperlukan waktu yang cukup lama untuk saling menyelidiki karakter, dan saling memupuk cinta kasih.

4.       Cinta kasih karena angan-angan : Adalah cinta yang lahir dari pengaruh angan-angan atau khayal saja, cinta yang penuh fantasi.
Menurut teori, cinta adalah sikap dasar untuk memperhatikan kepuasan dan ketentraman serta perkembangan orang yang kita cintai. Prakteknya, cinta berarti bersedia melepas kesenangan, mengabadikan waktu, bahkan mengorbankan ketentraman kita demi peningkatan kepuasan, ketentraman, dan perkembangan orang lain. Namun, menerangkan anatomi cinta sangat sulit.

B.Hakikat Cinta Kasih

Sampai sekarang ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa cinta itu tidak lebih dari sekedar perasaan menyenangkan yang untuk mengalaminya orang harus terjatuh kedalamnya. Sikap semalam ini pada hakikatnya berdasarkan pendapat –pendapat berikut:

Pendapat pertama, banyak orang melihat masalah cinta ini pertama-tama sebagai masalah dicintai dan bukan masalah mencintai,yaitu masalah kemampuan orang untuk mencintai. Dan untuk mengejar tujuan ini umumnya orang menempuh beberapa jalan.

Pendapat kedua, dibelakang sikap bahwa tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta,adalah satu dugaan bahwa masalah cinta adalah masalah objek,dan bukan masalah bakat. Dengan semacam ini mendorong orang untuk selalu berfikir,bahwa mencintai orang lain iti adalah soal yang sederhana, akan tetapi yang sulit justru mencari objek yang tepat untuk mencintai atau untuk dicintai.

Pendapat ketiga, yang mengarah pada dugaan bahwa tidak ada yang dipelajari dalam hal cinta ini,terletak dalam pencampur adukan antara pengalaman mulai pertama jatuh cinta dan kedaan tetap berada dalam cinta. Jika dua orang yang dahulunya merupakan orang asing tiba-tiba meruntuhkan tembok diantara mereka dan mereka merasa dekat atau merasa satu maka momen kesatuan inilah salah satu dari pengalaman yang paling menyenangkan dan menggembirakan dalam kehidupannya.

Berangkat dari ketidakpuasan terhadap ketiga pendapat tersebut diatas, kendatipun diakui telah banyak dianut oleh berbagai kalangan, Frich Fromm mengajukan premis yang sama sekali berbeda dengan cinta dianggapnya teorotik terlebih dahulu sebelum kita menguasai prakteknya .Berkat perpaduan antara kemampuan teoritik dan praktis seni bisa dikuasai berkat intusi dan hakikat penguasaan 

C.Cintah Kasih Dalam Berbagai Dimensi
Dari pembahasan diatas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa cinta boleh dibilang telah merupakan bagian hidup manusia. Dan kasih sayang adalah sesuatu yang indah, suci dan didambakan oleh setiap orang. Sebagaimana cinta, kasih sayang tidak akan lahir tanpa orang yang melahirkannya. Dengan kata lain seseorang tidak akan memperoleh kasih sayang apabila tidak ada orang lain yang memberi. Secara demikian wajar kalau kita mengenal berbagai bentuk kasih sayang, yang ini semua sangat tergantung kepada kondisi penyayang dan yang disayangi.

Dengan bertitik tolak kepada kasushubungan antara orang tua dengan anaknya, tidak bisa membedakan berbagai bentuk kasih sayang berikut ini :

Pertama,suatu bentuk kasih sayang dimana bentuk orang tua bersifat aktif sementara si anak bersifat pasif. Dalam hubungan orang tua memberikan kasih sayang yang berlebihan terhadap anaknya,baik berupa moral ataupun material sementara si anak menerima saja mengiyakan betapa sedikitpun berusaha memberikan respon. Akibatnya anak akan menjadi takut ,kurang berani menyatakan pendapat, minder atau dengan kata lain cenderung membentuk sosok anak yang tidak mampu berdiri dalam masyarakatnya.

Kedua,suatu bentuk kasih sayang dimana orang tua bersifat pasif sementara si anak bersifat aktif. Dalam bentuk si anak mencurahkan kasih sayang kepada orang tuanya secara berlebihan. Kasih sayang ini diberikan secara sepihak. Orang tua cenderung mendiamkan tingkah laku anaknya dan tidak memberikan respon terhadap apapun yang diperbuat si anak.

Ketiga, suatu bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap pasif sementara si anak juga bersifat fasif. Dalam bentuk ini jelas masing-masing pihak membawa cara hidup dan tingkah lakunya tanpa saling memperhatikan satu sama lain, suasana keluarga terasa dingin tidak ada tegur sapa dan yang jelas tiada kasih sayang.

Sedang bentuk yang keempat, adalah suatu bentuk kasih sayang dimana orang tua bersifat aktif. Dalam bentuk ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang secara berlebihan sehingga hubungan antara orang tua dan anak terasa intim dan mesra,saling mencinta,saling menghargai dan yang lebih jelasnya saling membutuhkan.

D.Kasih Sayang

Menurut Mery Lutyens, bahwa kasih saying adalah factual, bukan sentimental yang mengandung emosional yang dapat ditangisi kepergiannya maupun kedatangannya. Memiliki kasih sayang berarti memiliki simpatik, ia bebas dari rasa takut, paksaan dan kewibawaan serta tindakan akal budi pada diri sendiri. Dalam kasih saying, sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut “tanggung jawab”, “pengorbanan”, “kejujuran”, “pengertian”, dan “keterbukaan” sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminto. Kasih sayang diartikan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang.

Ada berbagai bentuk kash sayang, bentuk itu sesuai dengan kondisi penyayang dan yang disayangi dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan maka didalam rumah tangga,keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cinta,tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.



Konsep Ilmu budaya Dasar Dalam Kesusasteraan



Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya.

Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra, teori sastra, dan karya sastra.

1.        Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang berhubungan dengan seni sastra. Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut :
A.        Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas, hokum hukum,  prinsip dasar sastra, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta sistem sastra.

B.         Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.


C.         Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra. Kritik sastra dikenal juga dengan nama telaah sastra.

D.        Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk mengenal tata nilai, sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang memiliki karya sastra.
Keempat cabang ilmu tersebut tentunya mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam rangka memahami sastra secara keseluruhan.

2.        Teori sastra adalah asas-asas dan prinsip-prinsip dasar mengenai sastra dan kesusastraan.

3.         Seni sastra adalah proses kreatif menciptakan karya seni dengan bahasa yang baik, seperti puisi, cerpen/novel, atau drama.

Pengetahuan tentang pengertian sastra belum lengkap bila belum tahu manfaatnya. Horatius mengatakan bahwa manfaat sastra itu berguna dan menyenangkan. Secara lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Karya sastra dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan yang disajikan pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca akan memperoleh pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan

2.      Karya sastra dapat memperkaya jiwa/emosi pembacanya melalui pengalaman hidup para tokoh dalam karya.

3.      Karya sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari gagasan, pemikiran, cita-cita, serta kehidupan masyarakat yang digambarkan dalam karya.

4.      Karya sastra mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra dapat digunakan untuk menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya.

5.      Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian tentang keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam waktu tertentu.

Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.10 Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi.

Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.

Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :

1.      Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan
2.      Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
3.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya

Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan
1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional

Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia. Unsur-unsur kebudayaan
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi

sumber : http://sugiartha26.wordpress.com/2011/03/18/3-konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan-2/

Sabtu, 10 Maret 2012

Sejarah Kain Ulos dan Jenis-Jenisnya


Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang. Benda sakral ini merupakan simbol restu, kasih sayang dan persatuan, sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi: “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong", yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama.

Secara harfiah, ulos berarti selimut yang menghangatkan tubuh dan melindunginya dari terpaan udara dingin. Menurut kepercayaan leluhur suku Batak ada tiga sumber yang memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Dari ketiga sumber kehangatan tersebut ulos dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari.

Dahulu nenek moyang suku Batak adalah manusia-manusia gunung, demikian sebutan yang disematkan sejarah pada mereka. Hal ini disebabkan kebiasaan mereka tinggal dan berladang di kawasan pegunungan. Dengan mendiami dataran tinggi berarti mereka harus siap berperang melawan dinginnya cuaca yang menusuk tulang. Dari sinilah sejarah ulos bermula.

Pada awalnya nenek moyang mereka mengandalkan sinar matahari dan api sebagai tameng melawan rasa dingin. Masalah kecil timbul ketika mereka menyadari bahwa matahari tidak bisa diperintah sesuai dengan keinginan manusia. Pada siang hari awan dan mendung sering kali bersikap tidak bersahabat. Sedang pada malam hari rasa dingin semakin menjadi-jadi dan api sebagai pilihan kedua ternyata tidak begitu praktis digunakan waktu tidur karena resikonya tinggi. Al hajatu ummul ikhtira'at, karena dipaksa oleh kebutuhan yang mendesak akhirnya nenek moyang mereka berpikir keras mencari alternatif lain yang lebih praktis. Maka lahirlah ulos sebagai produk budaya asli suku Batak.

Tentunya ulos tidak langsung menjadi sakral di masa-masa awal kemunculannya. Sesuai dengan hukum alam ulos juga telah melalui proses yang cukup panjang yang memakan waktu cukup lama, sebelum akhirnya menjadi salah satu simbol adat suku Batak seperti sekarang. Berbeda dengan ulos yang disakralkan yang kita kenal, dulu ulos malah dijadikan selimut atau alas tidur oleh nenek moyang suku Batak. Tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal, lebih lembut dan dengan motif yang sangat artistik.

Setelah mulai dikenal, ulos makin digemari karena praktis. Tidak seperti matahari yang terkadang menyengat dan terkadang bersembunyi, tidak juga seperti api yang bisa menimbulkan bencana, ulos bisa dibawa kemana-mana. Lambat laun ulos menjadi kebutuhan primer, karena bisa juga dijadikan bahan pakaian yang indah dengan motif-motif yang menarik. Ulos lalu memiliki arti lebih penting ketika ia mulai dipakai oleh tetua-tetua adat dan para pemimpin kampung dalam pertemuan-pertemuan adat resmi. Ditambah lagi dengan kebiasaan para leluhur suku Batak yang selalu memilih ulos untuk dijadikan hadiah atau pemberian kepada orang-orang yang mereka sayangi.


Kini ulos memiliki fungsi simbolik untuk berbagai hal dalam segala aspek kehidupan orang Batak. ulos menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan adat suku Batak.

Mangulosi, adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Mangulosi secara harfiah berarti memberikan ulos. Mangulosi bukan sekadar pemberian hadiah biasa, karena ritual ini mengandung arti yang cukup dalam. Mangulosi melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan dan kebaikan-kebaikan lainnya.



Dalam ritual mangulosi ada beberapa aturan yang harus dipatuhi, antara lain bahwa seseorang hanya boleh mangulosi mereka yang menurut tutur atau silsilah keturunan berada di bawah, misalnya orang tua boleh mengulosi anaknya, tetapi anak tidak boleh mangulosi orang tuanya. Disamping itu, jenis ulos yang diberikan harus sesuai dengan ketentuan adat. Karena setiap ulos memiliki makna tersendiri, kapan digunakan, disampaikan kepada siapa, dan dalam upacara adat yang bagaimana, sehingga fungsinya tidak bisa saling ditukar.

Dalam perkembangannya, ulos juga diberikan kepada orang "non Batak". Pemberian ini bisa diartikan sebagai penghormatan dan kasih sayang kepada penerima ulos. Misalnya pemberian ulos kepada Presiden atau Pejabat negara, selalu diiringi oleh doa dan harapan semoga dalam menjalankan tugas-tugas ia selalu dalam kehangatan dan penuh kasih sayang kepada rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya.


Beberapa jenis ulos yang dikenal dalam adat Batak adalah sebagai berikut:

1. Ulos Ragidup
Ragi berarti corak, dan Ragidup berarti lambang kehidupan. Dinamakan demikian karena warna, lukisan serta coraknya memberi kesan seolah-olah ulos ini benar-benar hidup. Ulos jenis ini adalah yang tertinggi kelasnya dan sangat sulit pembuatannya. Ulos ini terdiri atas tiga bagian; dua sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bagian tengah yang ditenun tersendiri dengan sangat rumit. Ulos Rangidup bisa ditemukan di setiap rumah tangga suku batak di daerah-daerah yang masih kental adat bataknya. Karena dalam upacara adat perkimpoian, ulos ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu pengantin lelaki.


2. Ulos Ragihotang
Hotang berarti rotan, ulos jenis ini juga termasuk berkelas tinggi, namun cara pembuatannya tidak serumit ulos Ragidup. Dalam upacara kematian, ulos ini dipakai untuk mengafani jenazah atau untuk membungkus tulang belulang dalam upacara penguburan kedua kalinya.


3. Ulos Sibolang
Disebut Sibolang sebab diberikan kepada orang yang berjasa dalam mabolang-bolangi (menghormati) orang tua pengantin perempuan untuk mangulosi ayah pengantin laki-laki pada upacara pernikahan adat batak. Dalam upacara ini biasanya orang tua pengantin perempuan memberikan Ulos Bela yang berarti ulos menantu kepada pengantin laki-laki.


Mengulosi menantu lelaki bermakna nasehat agar ia selalu berhati-hati dengan teman-teman satu marga, dan paham siapa yang harus dihormati; memberi hormat kepada semua kerabat pihak istri dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya. Selain itu, ulos ini juga diberikan kepada wanita yang ditinggal mati suaminya sebagai tanda penghormatan atas jasanya selama menjadi istri almarhum. Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada waktu upacara berkabung, dan dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut bahwa ia telah menjadi seorang janda. Ulos lain yang digunakan dalam upacara adat adalah Ulos Maratur dengan motif garis-garis yang menggambarkan burung atau banyak bintang tersusun teratur. Motif ini melambangkan harapan agar setelah anak pertama lahir akan menyusul kelahiran anak-anak lain sebanyak burung atau bintang yang terlukis dalam ulos tersebut.


Dari besar kecil biaya pembuatannya, ulos dapat dibedakan menjadi dua bagian:

Pertama, Ulos Na Met-met; ukuran panjang dan lebarnya jauh lebih kecil daripada ulos jenis kedua. Tidak digunakan dalam upacara adat, hanya untuk dipakai sehari-hari.


Kedua, Ulos Na Balga; adalah ulos kelas atas. Jenis ulos ini pada umumnya digunakan dalam upacara adat sebagai pakaian resmi atau sebagai ulos yang diserahkan atau diterima.


Biasanya ulos dipakai dengan cara dihadanghon; dikenakan di bahu seperti selendang kebaya, atau diabithon; dikenakan seperti kain sarung, atau juga dengan cara dililithon; dililitkan dikepala atau di pinggang.


Berbicara soal harga, ulos dengan motif dan proses pembuatan sederhana relatif murah. Ulos kelas ini bisa dibeli dengan harga berkisar antara Rp. 6000 sampai Rp.250.000 bahkan lebih. Sementara untuk ulos kelas atas dengan kualitas bahan yang baik dan proses pembuatan yang lebih rumit, bisa diperoleh dengan harga berkisar antara ratusan ribu rupiah hingga jutaan. Misalnya songket khas Batak yang digunakan pengantin pria pada upacara pernikahan adat Batak, dibandrol Rp. 7,5 juta.



Jenis Ulos Batak (Ulos Sumatera Utara)


Tidak tertutup kemungkinan jenis ulos masih ada selain dibawah ini, kalau ada jenis Ulos selain dibawah ini mohon ditambahkan agar tidak bisa diketahui orang banyak, khususnya Orang Batak yang sudah tidak mengetahuinya.

Jenis-Jenis Ulos Batak yang ada :



1. ULOS RAGIDUP.



Ulos yang paling tinggi derajat dari semua Ulos menurut Batak adalah ULOS RAGIDUP. Derajat Ulos ini sering dijadikan orang batak menjadi symbol di suatu Gedong atau corak warna suatu Gedung atau rumah. Ulos ini kalau kita cermati, seolah-olah semua coraknya/bentuknya terkesan hidup bersenyawa dalam kederajatannya. Dan inilah yang menjadi penyebab mengapa disebut ULOS RAGIDUP. Aragi artinya Hidup.
Ulos Ragidup ini menjadi Simbol Kehidupan, dan cerminan hidup ini menjadi harapan buat orang batak untuk hidup dalam waktu yang panjang atau lebih panjang umurnya daripada orang yang lebih tua sebelumnya. Sehingga bagi orang batak, Tindakan Bunuh Diri menjadi suatu tindakan yang paling bodoh dan perlu dihindarkan dalam kondisi apapun. Inipula yang menjadi salah satu mengilhami orang Batak punya prinsip Biar Miskin yang mendera sepanjang perjalanan hidup, namun tetap harus berjuang demi hidup.


Biasanya Ulos ini dipakaikan dengan cara dijadikan Selendang (Sitalihononton).
Itu sebabnya ada umpama berikut :
“Agia pe lapalapa, asal di toru ni sobuan, agia pe malapalap, asal ma dihangoluan, ai sai na boi do partalaga gabe parjujuon”.


Bagian-bagian / nama dan arti dari ulos ragidup adalah sbb :
- Ada dua sisi tepi sebagai batas, yang menjelaskan kalau semua yang ada didunia ini ada batasnya.
- Dua sisi tadi mengapit tiga bagian dan disebut “ badan “. Bagian palingujung dimana bentuknya kelihatan sama disebut “ ingananni pinarhalak “. Ingananni pinarhalak terbagi dua lagi , yakni ingananni pinarhalak baoa (laki-laki) dang inganan ni pinarhalak boru-boru.
Bagian “badan “ tadi warnanya merah kehitamandan ditingkahi garis-garis putih yang disebut “honda “. Ingananni pinarhalak tadi adalah simbol hagabeon, maranak dan marboru.


Masih terdapat tiga symbol lagi di sana, yakni :
1. Antinganting, adalahsimbol hamoraon, karena antinganting biasanyaterbuat dari emas.
2. Sigumang = beruang, yakni simbol kemakmuran. Beruang adalah binatang yangbekerja tepat dan efisien, tidak banyak aksi.
3. Batu ni ansimun, melambangkan hahipason (ansimun sipalambok, taoarsipangalumi).


Di celah ketiga simbol ini, ada lagi macam bunga yang disebut “ipon”, dan dicelah ipon-ipon tadi ada yang disebut dengan “rasianna”.


Cara mangarasi = memeriksa Ragidup yang baik :
1. Ulos itu kelihatan jernih.
2. Tenunannya rapi dan ukurannya benar.
3. Honda harus berjumlah ganjil.
4. Jumlah ipon harus benar.


Motif ulos ini agak rumit dan menurut informasinya ulos ini menjadi Ulos yang tersulit dibuat



contoh ulos ragidup :










2. ULOS RAGIDUP SILINGGOM


Perbedaan ulos ini dengan Ragidup biasa adalah bagian “ badan “. Ulos inipunya badan yang kelihatan lebih linggom = gelap. Ulos inilah yang palingtepat diberikan kepada anak yang punya pangkat dan punya kuasa, denganmaksud, kita bisa marlinggom = berlindung di bawah kebijaksanaannya. Inibisa juga kita berikan kepada petinggi yang mendatangi kampung kita.Ragidup Silinggom tidak diperjual belikan. Tapi entahlah ada pihak tertentuyang melakukannya. Sebenarnya, ulos jenis ini hanya akan ditenun bila adapemesannya.Cara memakainya : sinampesampehon.


3. ULOS BINTANG MAROTUR / ULOS MARATUR.

Beginilah leluhur kita menyebut ulos ini, “On ma ulos ni Siboru Habonaran, Siboru Deak Parujar, mula ni panggantion dohot parsorhaon, pargantang pamonori, na so boi lobi na so boi hurang. Artinya adalah kebijaksanaan. Ulos ini juga disebut sebagai siatur maranak, siatur marboru, siatur hagabeon, siatur hamoraon.



4. ULOS GODANG / ULOS SADUM ANGKOLA

Disebut juga Sadum atau Sadum Angkola. Ulos ini mungkin yang paling Bagus coraknya dan Indah warnanya di antara semua ulos, sehingga Ulos ini sangat Mahal. Lebar Ulos ini juga cukup lebar diantara Ulos batak lainnya.

Secara Tingkatan Derajat Ulos Sadum/Ulos Godang masih dibawah Ulos RAGIDUP, tapi kalau masalah Harga, Ulos ini jauh lebih mahal dari Ulos Ragidup.
Ulos godang biasanya diberikan kepada anak kesayangan kita, yang membawa sukacita dalam keluarga. Inilah yang diharapkan dengan adanya pemberian ulos ini, supaya kelak si anak makin membawa hal-hal kebajikan yang banyak dan besar / godang (banyak), mencapai apa yang dicita-citakannya dan mendapat berkat yang banyak dan besar dari Oppu Debata (Tuhan). Pengertian Oppu Debata disini adalah Tuhan Allah yang Maha Kuasa, termasuk buat Orang Batak yang beragama Non Kristen, namun perkembangan jaman seringkali pengertian Oppu Debata lebih ditujukan ke Orang Batak yang beragama Kristen.

Biasanya Ulos Godang ini sering dibuat baju dan selain itu cara memakainya bisa dengan diabithon (dipakai) , dihadang (dililit di kepala atau bisa juga ditengteng atau ditalitalihon (dililit di pinggang)





5. ULOS RAGI HOTANG / ULOS RAGI HOTANG (Hotang = Rotan).

Ulos inilah yang umumnya lebih banyak diuloshon/dipakaikan/digunakan dalam pesta adapt saat ini. Sangat Anggun saat ulos ini diuloshon / dipakaikan / disandangkan, terlebih kalau jenisnya dari motif yang paling bagus. “POTIR SI NAGOK” menjadi Julukan Ulos Ragihotang yang paling terbaik dan terindah. Ulos ini termasuk Berkelas Tinggi dan Mahal. Cara pembuatannya tidak serumit pembuatan ulos lainnya seperti Ulos Ragidup.

Ada beberapa umpasa yang bisa digunakan ketika manguloshon Ulos Ragihotang, yakni “Hotang do ragian, hadang-hadangan pansalongan, Sihahaan gabe sianggian, molohurang sinaloan.
”Hotang binebebe, hotang pinulospulos unang iba mandele, ai godang do tudos-tudos. ”Tumburni pangkat, tu tumbur ni hotang, tu si hamu mangalangka, sai di si mahamu dapotan.
”Hotang hotari, hotang pulogos, gogo ma hamu mansari, asa dao napogos.
”Hotang do bahen hirang, laho mandurung porapora, sai dao ma nian hamu nasirang, alai lam balga ma holong ni roha
”Hotang diparapara, ijuk di parlabian, sai dao ma na sa mara, jala sai ro ma parsaulian.

Ulos ini sering dijadikan menjadi baju, dipake juga untuk Mengafani Jenazah yang meninggal dan juga membungkus tulang belulang dalam acara penguburan ke dua kalinya (mangungkal holi).





6. ULOS SITOLU TUHO (Ulos tiga cabang, Tuho = cabang pohon)

Keistimewaan dari ulos ini terlihat dalam motif gorganya terdapat TOLU (tiga) TUHO (Cabang/Bidang Arsiran).
Ulos ini menggambarkan Simbol kekeraban Orang Batak yaitu Dalihan Na Tolu (di Ulos sering ditulis “ Paratur ni Parhundulon “ ).

Setelah wejangan Dalihan Na Tolu diberikan, harus menyebutkan/mengucapkan “sitolu saihot” yakni :
1. Pasupasu asa sai masihaholongan jala rap saur matua :”Sidangka ni arirang na so tupa sirang, di ginjang ia arirang, di toru iapanggongonan…badan mu na ma na so ra sirang, tondi mu sai masigomgoman “
2. Pasupasu hagabeon :”Bintang na rumiris ombun na sumorop anak pe di hamu riris, boru pe antongtorop”
3. Pasupasu pansamotan :”Bona ni aek puli, di dolok Sitapongan, sai ro ma tu hamu angka na uli,songon i nang pansamotan.





7. ULOS BOLEAN (Bolean = membelai-belai)

Ulos ini diberikan kepada anak yang kehilangan orangtua nya. Membelai-belai, dimaksudkan untuk menghilangkan rasa sedih (Mangapuli) agar hati anak yang sudah kehilangan Orang Tua tabah menghadapinya.





8. ULOS SIBOLANG (Ulos karena Jasa)

Ulos Sibolang disebut juga sibulang yang diberikan untuk memberikan rasa hormat karena jasanya.
Misalkan, Seorang Ulubalang yang mengalahkan musuh, atau yang bisa membinasakan binatang pemangsa yang mengganggu ketentraman Manusia.
Jaman sekarang, ulos ini diberikan kepada Amang ni hela dan ulos ini disebut sebagai “ulos pansamot na sumintahon” supaya Amang ni hela tadi bisa menjadi tempat bersandar dan berlindung.
Perumpamaannya:
“ na gogo mansamot jala parpomparan sibulang bulangan”.
“Marasar sihosari, di tombak ni panggulangan sai halak na gogo ma hamu mansari, jala parpomparan sibulangbulangan.
Ulos sibolang juga sering dipakai untuk menghadiri upacara kematian dan biasanya dililitkan di Kepala yang sudah Janda (Namabalu) saat kondisi suami mening




9. ULOS MANGIRING

Sering diberikan sebagai ulos parompa untuk menggendongan anak, dengan harapan anak yang akan memakai parompa ini akan terus dalam iringan orang tuanya, kalau jaman dulu katanya ulos ini sering dihadiahkan kepada dua kekasih ataupun pasangan muda.
Kepada pasangan pengantin, ulos ini diberikan sembari mengucapkan sebait umpasa, “Giringgiring gostagosta, sai tibu ma hamu mangiringiring, huhut mangompa-ompa”

Biasanya Ulos ini dipakaikan dengan cara dijadikan Selendang (Sitalihononton).



Pemakaian Ulos Batak biasanya dilakukan sebagai berikut:
1.Siabithononton (dipakai dibadan) yaitu Ulos Ragidup, Ulos Sibolang, Ulos Ragi Pangko, Runjat, Djobit, Simarindjamisi.
2.Sihadanghononton (dililit di kepala atau bisa juga ditengteng) yaitu Ulos Sirara, Ulos Sadum, Ulos Sumbat, Ulos Bolean, Mangiring, Surisuri.
3.Sitalitalihononton (dililit di pinggang) Yaitu Ulos Tumtuman, Mangiring,Padangrusa.






Batik Jawa Barat (Berbagai Jenis Batik Asal Jawa Barat)


Kekayaan budaya Jawa Barat memiliki banyak keunggulan termasuk ragam corak batik dengan kekhasan daerah masing-masing. Sayangnya, banyak kekhasan batik dari daerah-daerah tersebut yang kini hampir punah.

Punahnya batik karena kurangnya daya beli masyarakat yang bisa disebabkan karena model yang tidak sesuai. Untuk itu, tanpa mengurangi nilai kearifan lokal, batik bisa lebih bermain dalam warna.

Untuk menjaga agar batik tetap lestari, salah satu caranya dengan lebih menyesuaikan batik baik dari corak maupun warnanya dengan selera pasar saat ini. Selain itu, nantinya bisa diperlihatkan proses membuat batik dari mulai menenun sampai bisa di tampilkan oleh para desainer dalam bentuk peragaan busana. diabawh adalah salah satu contoh gambar dari batik.



Batik Garut atau Garutan

Motif batik garutan umumnya menghadirkan ragam hias datar, bentuk-bentuk geometrik. Bentuk-bentuk geometrik ini mengarah secara diagonal, bentuk kawung, atau belah ketupat. Ada pula motif-motif yang mengambil pola bentuk-bentuk flora dan fauna. Sementara warna yang digunakan dalam batik garutan umumnya warna cerah, seperti krem, merah, hijau, dan kuning.

Motif-motif yang khas garutan diantaranya motif turih oncom, merak ngibing, rereng apel, dan kawung ece. Motif-motif ini kemudian dimodifikasi dan lahirlah motif-motif baru seperti lereng eneng, lereng udang, suliga ukel, sintung, cupat manggu, siku seling, kumeli bunga, adumanis, patah tebu, rereng calung, barong kembang, sidomukti, limar, cakra, ayakan, angkin, dan sebagainya. Batik garutan sudah menjadi barang souvenir sejak jaman Belanda.




Batik Tasikan, Batik Karajinan (Wurug), Batik Sukaraja/Sukapura (Batik tulis khas tasikmalaya)



Warna dasar kain merah, kuning, ungu, biru, hijau, orange dan soga. Dan warnanya cerah namun tetap klasik dengan dominasi biru. Batik Sukapura : berciri khas warna merah, hitam, coklat.

Motifnya kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung, selain itu ada juga motif Merak-ngibing, Cala-culu, Pisang-bali, Sapujagat, Awi Ngarambat.

Batik Tasik memiliki kekhususan tersendiri yaitu bermotif alam, flora, dan fauna. Batik Tasik hampir sama dengan Batik Garut hanya berbeda dari warna, Batik Tasik lebih terang warnanya.






Batik Cirebon & Batik Trusmi

Di Cirebon terdapat Batik Pesisiran, Batik Keratonan dan Batik Trusmi. Warna kain secara garis besar cerah dan ceria, merah, pink, biru langit, hijau pupus. Warna batik tradisional terpusat pada tiga warna yaitu krem, hitam, dan cokelat. Batik Keratonan biasanya berwarna coklat soga atau keemasan.

Batik Pesisir dipengaruhi oleh budaya Cina. Motifnya lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun daunan. Batik Pesisiran : Batik bethetan Kedung Wuni Pekalongan, Motif Sarung Cirebonan, Bethetan Demak.

Batik keraton dipengaruhi oleh Hindu dan Islam. Motifnya cenderung berupa batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum dan anyam alas. Batik Keratonan: Motif Ganggang .

Dua motif Cirebon yang terkenal adalah Corak Singa Wadas dan Mega Mendung. Motif Singa Wadas adalah corak resmi kesultanan Cirebon (Kasepuhan) yang memperlihatkan bentuk Singa Barong dari keraton Kasepuhan. Motif ini kental dengan warna coklat, hitam dan krem.

Motif Mega Mendung yang tidak ditemui di daerah lain, yaitu motif berbentuk awan yang bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama. Motif ini mendapat pengaruh dari keraton-keraton di Cirebon. Motif ini kaya akan warna merah, biru, violet, dan keemasan. 

contoh batik cirebon :



contoh batik trusmi : 



Batik Ciamisan

Batik Ciamis berbeda dengan batik di daerah lain. Coraknya tidak terlalu ramai. Ada yang bermotif daun, ada pula yang bermotif parang rusak. Ciri yang paling dominan adalah pada penggunaan warna. Batik Ciamis hanya menggunakan dua warna, misalnya warna coklat dan hitam dengan dasar putih.

Akan tetapi motif ciamisan kini nampaknya terasa asing. Nyaris orang tak kenal lagi kain ini. Padahal di tahun 60-an boleh dibilang kain batik itu sempat pula menikmati masa kejayaan. Di daerah paling timur Jabar ini, saat itu tak kurang dari 1.200 perajin menekuni batik tulis motif ciamisan. Bahkan pada era itu, mereka yang akan membeli harus rela menunggu paling cepat seminggu, barulah mendapatkan pesanannya.

Batik ciamisan memiliki dasar putih. Ini lain dengan garutan yang memiliki dasar kuning. Sedangkan warna dominan pada ciamisan perpaduan warna coklat soga dan hitam. Ciamisan juga memiliki dua motif rereng, yakni rereng eneng dan rereng seno. Motif rereng eneng kini diaplikasikan untuk baju, sedangkan rereng seno untuk kain bawahan.

Seperti halnya seniman atau perajin batik, dalam menuangkan objek gambar selalu mengambil dari lingkungan alam yang ada di sekitarnya. Tanaman daun rente dan daun kelapa, adalah dua jenis tanaman yang dijadikan gambar ciri khas ciamisan. Tanaman rente yang biasa tumbuh di kolam-kolam penduduk Ciamis dan dijadikan pakan ikan, diangkat pada kain mori dan dituangkan jadi gambar untuk batiknya. Demikian pula keakraban perajin batik dengan pohon kelapa yang banyak tumbuh di daerah itu. Mungkin ini sesuai dengan jiwa masyarakat Ciamis yang tenang dan tidak bergejolak.











Batik Indramayu: Batik Dermayon, Batik Paoman



Awalnya Batik Paoman hanya memiliki dua warna, yakni warna kain dan warna motif. Warna motif pun masih tradisional, seperti biru tua atau coklat tua. Kini warna-warna pada Batik Paoman lebih beragam.

Ciri yang menonjol dari Batik Indramayu adalah ragam flora dan fauna diungkap secara datar, dengan banyak lengkung dan gari-garis yang meruncing (riritan), latar putih dan warna gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif wadasan, iwak ketong, parang rusak.

Motif-motif batik di Indramayu, banyak mendapat pengaruh besar dari gambar atau kaligrafi dari kawasan Arab, Cina atau daerah Jawa Tengah/Jawa Timur. Mayoritas motif batik yang digunakan pada Batik Indramayu menggambarkan kegiatan nelayan di tengah laut.

Beberapa motif batik yang mencirikan motif Batik Pesisir khas Indramayu di antaranya adalah Etong (ikan, udang, cumi, kepiting, dll), Kapal Kandas, Ganggeng (ganggang laut), Kembang Gunda (tumbuhan yang hidup di pinggir pantai), dan Loksan. Motif batik khas Indramayu juga ada yang menggambarkan kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Jati Rombeng.

Ragam hias geometris pada Batik Indramayu, antara lain: banji, kembang kapas, sijuring, pintu raja, obar-abir dan kawung.